:::: MENU ::::
  • "Learn To Program a Computer, It Teaches You How To Think"-Steve Jobs

  • "Teaching is Leading"-Anonymous

  • "Writing! Then the World Will Know You"-Anonymous

Sunday, January 18, 2015

Okeh kali ini gue mau sedikit ngulas nih isi buku dari Mochtar Lubis mengenai Manusia Indonesia. Manusia di negeri kita tercinta ini, Indonesia. Gimana dengan paradigma beliau mengenai Manusia Indonesia, yuk kita simak ulasan singkat berikut.

Orang Belanda di zaman VOC menganggap manusia Indonesia itu amat khianat, tidak mau memegang teguh perjanjian, amat suka membunuh, mau berperang saja,  tidak jujur, seperti binatang beestaching maha kejam. Sebagai Belanda juga tidak memegang janji mereka, dan juga berbuat kekejaman yang tidak kalah, maka orang Indonesia pada waktu itu juga membayar Belanda dengan  mata uang yang serupa. Kemudian pandangan ini mulai berubah setelah orang Belanda hidup sebagai penjajah.

Tapi di samping ini, manusia Indonesia diakui juga bersifat hormat, tenang, dapat dipercaya, baik, royal, ramah pada tamu, dan lembut. Namun ada juga yang mengatakan, manusia Indonesia itu tidak suka memikirkan yang susah-susah, tak punya pendirian, tak  punya kemauan, tak bisa mengambil putusan.

Tahun 1416, seorang Cina beragam Islam, bernama Ma Huan, yang menjabat jurubahasa dan sekretaris Cheng-Ho, yang datang ke Nusantara dan singgah di Jawa, menulis bahwa di pulau Jawa ada tiga macam manusia. Yang pertama orang Islam yang datang dari sebelah barat dan menetap di sana,pakaian dan makanan mereka bersih dan baik. Yang kedua ialah orang Cina yang melarikan diri dan menetap di sana. Dan yang ketiga ialah orang pribumi yang amat buruk dan jorok sekali.

Menurut para ahli, salah satu ciri kebatinan adalah dorongan hendak mencari kesatuan, yaitu satu kesatuan hakiki yang hendak mencakup semuanya. Selanjutnya, kebatinan melihat manusia dalam dua bagian, batiniah dan lahiriah, yang asalnya dari Illahi. Karena itu orang kebatinan menganggap hidup batiniah adalah kenyataan yang sebenarnya. Lahiriah manusia adalah tubuhnya dengan segala nafsu-nafsunya.

Orang kebatinan selanjutnya menganggap manusia yang ideal ialah yang bekerja keras dalam hidupnya, tanpa mencari keuntungan. Manusia kebatianan menurut kebatinan Jawa harus pula memiliki ciri-ciri : rela, ridho, bersedia menyerahkan segala miliknya di mana diperlukan, kemudian nrima (narima) dengan segala keriangan hati apapun yang menimpa dirinya, dan ketiga sabar, hidup dan penuh toleransi. Dan terakhir, manusia ideal Indonesia, yang seringg dikemukakan kini adalah manusia Pancasila. Yaitu  manusia Indonesia (menurut ahli-ahli pemikirnya) yang menghayati dan membuat dasar da pedoman hidupnya dasar tingkah laku dan budi pekertinya berdasar pada lima sila Pancasila ; Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan Sosial, Kerakyatan, Persatuan Nasional.

Manusia Pancasila adalah ideal yang kelihatan berambisi untuk mencakup segala cita-cita  manusia ideal dari segala rupa ajaran agama, dan aliran kebatinan, dan cita-cita emansipasi manusia oleh berbagai ideologi politik. Digambarkan bahwa manusia-manusia Indonesia yang sudah menjadi manusia Pancasila akan menjadi motor pendorong yang teguh untuk melaksanakan pembangunan lahir dan batin bangsa Indonesia.

Bagi orang Indonesia dan Polynesia dahulu seks adalah sesuatu yang alamiah, dan bekas dari sikap serupa ini masih terdapat umpamanya dalam kehidupan seks di berbagai suku di Irian Jaya yang belum terbawa sepenuhnya ke dalam Islam ataupun Nasrani, dan dalam adat atau kebiasaan pergaulan antara gadis dan jejaka di Mandailing dan Tanah Batak yang dsebutkan mermaiyam. Malahan hubungan sekes pun dibolehkan menjelang perkawinan di beberapa suku dahulu. Sebagai kita ketahui, dorongan seks merupakan motor utama pada tingkah laku manusia, dan jika ia tertekan, maka timbul berbagai situasi jiwa yang serba kompleks. Sepanjang sejarahnya manusia Indonesia termasuk manusia yang amat tertindas. Raja-raja Indonesia dari zaman dulu adalah despot-despot, yang merasa dirinya berkuasa mewakili dewata atau Tuhan.

Salah satu ciri manusia Indonesia yang cukup menonjol ialah HIPOKRITIS alias MUNAFIK. Berpura-pura; lain di muka, lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.

Ciri kedua manusia Indonesia  masa kini adalah segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuan-kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. Ciri ketiga utama manusia Indonesia adalah jiwa feodalnya. Meskipun salah satu tujuan revolusi kemerdekaan Indonesia ialah juga untuk membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme, tetapi fedalisme dalam bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia Indonesia.

Ciri keempat utama manusia Indonesia adalah manusia Indonesia masih percaya takhyul. Dulu, dan sekarang juga, masih ada yang demikian, manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, pantai, sungai, danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau,  pedang, itu punya kekuatan gaib, keramat dan manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua. Manusia Indonesia sangat mudah cenderung percaya pada mantera dan semboyan dan lambang yang dibuatnya sendiri.

Ciri kelima utama manusia Indonesia adalah artistik. Karena  sikapnya yang memasang roh, sukma, jiwa, tuah dan kekuasaan pada segala benda alam di sekililingnya, maka manusia Indonesia dekat pada alam. Ciri keenam manusia Indonesia punya watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya.

Manusia Indonesia sekarang itu tidak hemat, dia bukan ”economic animal”. Manusia Indonesia kini sudah jadi orang kurang sabar. Ciri lain adalah manusia Indonesia kini tukang menggerutu. Manusia Indonesia juga cepat cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih dari dia. Manusia Indonesia juga dapat dikatakan manusia-sok. Manusia Indonesia juga manusia tukang tiru.
Manusia Indonesia sebenarnya cukup logis. Manusia Indonesia pada dasarnya juga berhati lembut dan suka damai. Manusia Indonesia juga cepat belajar, otaknya cukup encer. Pada umumnya dia juga manusia yang sabar, dan kesabarannya yang seakan tak ada batanya, merupakan kelemahannya pula.

Dunia kita kini ditandai oleh jurang yang semakin melebar antara masyarakat-masyarakat kaya (negara-negara berindustri maju) dan negara-negara yang lagi berkembang. Masalah kita sebagai manusia Indonesia adalah untuk berpikir mengapa negeri yang miskin sumber alam seperti Jepang, Hongkong, Singapura, Nederland, bisa jadi kaya, tetapi kita yang kaya dengan sumber alam tetap miskin ?

Gimana-gimana ? Apa setuju dengan paradigma beliau mengenai Manusia Indonesia ? Lo termasuk ciri Manusia Indonesia yang keberapa nih ? Hayooo coba jujur dalam hati saja J
Oia kalo lo mau tau gimana bukunya, kaya gini nih bukunya ;

Manusia Indonesia

2 comments:

  1. Belum baca saya buku ini. Tapi covernya ramah juga. :D

    ReplyDelete
  2. Kayanya wajib baca deh hhe. Bisa jadi bahan intropeksi juga nih tulisan beliau dibuku itu :D

    ReplyDelete